Minggu, 09 November 2008

Surga Dunia

“Pasien adalah guru.”
~ Dokter



Ikkyu San, sebuah serial kartun TV yang juga kartun favorit saya waktu kecil dulu – selain Doraemon tentunya, dalam salah satu episodenya pernah membahas tentang makna surga. Saat itu Ikkyu San yang dikenal cerdas bukan buatan ditantang oleh seseorang untuk menjelaskan makna surga kepadanya. Orang itu kemudian memprovokasi Ikkyu San, bahwa jika ternyata tidak berhasil menjelaskannya dengan baik, maka orang tersebut menilai bahwa apa yang dikatakan orang-orang sebagai ‘Ikkyu San adalah orang yang sangat pandai’ adalah bohong belaka.

Dasarnya memang orang pandai, Ikkyu San punya cara yang unik untuk menjelaskan persoalan itu. Ikkyu San tiba-tiba mencekik leher orang tersebut sampai mukanya biru, setelah itu dia melepaskannya. Terang saja orang tersebut marah-marah sambil terengah-engah dan menilai bahwa Ikkyu San adalah orang yang tidak waras dengan hampir membuatnya tewas. Dengan tenang Ikkyu San menjelaskan bahwa apa yang dialami orang tersebut setelah dicekik adalah sebuah makna surga. Kira-kira, setelah dicekik hingga hampir kehabisan nafas, lalu tiba-tiba cekikan itu dilepaskan apa yang Anda rasakan? Lega bukan? Makna yang tersirat adalah, surga hanya bisa dicapai dengan melewati penderitaan.

***

Beberapa minggu yang lalu, saya mendapatkan penyegaran tentang makna surga ini dari kedua pasien saya.

Pasien pertama adalah seorang pria berumur 50 tahun dari blok B Kiri. Datang dengan keluhan telinga kiri terasa berkurang pendengarannya. Hal ini sudah berlangsung selama satu minggu. Awal mulanya adalah kemasukan air, lalu pasien mencoba mengatasi dengan membersihkan kupingnya memakai cotton bud. Karena tidak tahan lagi, maka dia pun datang kepada saya.

Setelah dicek, ternyata ada sumbatan di telinga kirinya, berupa serumen prop (artinya kotoran telinga yang telah mengeras, bahasa Jawa-nya ‘kopoken’). Dengan usaha yang gigih akhirnya kotoran itu bisa saya keluarkan.

”Bukan main besarnya…pantas saja pendengaran Bapak jadi berkurang…”, kata saya.

Pasien pun terlihat sumringah dan pulang dengan mengucapkan terima kasih sebanyak tiga kali kepada saya. Suatu hal yang jarang saya jumpai.

Saya yakin, Bapak tadi merasakan kelegaan yang luar biasa. Saya katakan demikian karena saya juga pernah mengalami hal yang sama. Dan waktu itu, saya patut mengucapkan terima kasih sebanyak tiga kali pula kepada saudara Anjang yang telah mengeluarkan serumen prop dari telinga kanan saya saat ko ass di poli THT dulu. Terima kasih…Terima kasih…Terima kasih….

Pasien kedua adalah seorang pria berumur 55 tahun dari blok B Kanan. Datang pukul 4 pagi bersama anaknya dengan tergopoh-gopoh. Keluhannya: tidak bisa kencing. Pasien terlihat tersengal-sengal dan keluar banyak keringat. Dari sini saja terlihat bahwa Bapak tersebut mengalami siksaan yang sungguh berat.

Untunglah, saya masih punya persediaan kateter dan saat itu juga saya pasang. Maka keluar lah urin sebanyak kurang lebih 700 cc melalui kateter ukuran 18F itu. Pasien pun terlihat lega sekali. Pasien pun pulang dengan sumringah dan mengucapkan terima kasih, tapi cuma satu kali.

“Surga hanya bisa dicapai dengan melewati penderitaan” sebenarnya juga bisa kita temui pada saat berbuka puasa. Bayangkan saja, setelah kita melewati hari yang panas dengan perut lapar dan dahaga yang luar biasa, kemudian saat adzan maghrib kita berbuka dengan es kolak pisang…kira-kira bagaimana rasanya?

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.

2 komentar:

eLpHieNa mengatakan...

Pepatah lama bilang :
^Berakit-rakit kehulu,berenang-renang ketepian...Bersakit-sakit dahulu,bersenang-senang kemudian^

Memang bener,kenikmatan akan diperoleh dan akan terasa nikmat ketika qta telah melewati penderitaan utk memperolehx.Mas,km terlalu jeli ya utk melihat hal baru menjadi sebuah pelajaran moral...Dri say thanx ampe mencekik orang.

v(^,^)v

Andri Journal mengatakan...

Setiap kejadian kan pasti ada hikmahnya dik..Dan kuharap aku jg banyak mendapat pelajaran moral dari km nantinya.. :)

Advertisement